Blackout atau Gangguan besar kelistrikan yang sedang terjadi seperti sekarang ini, sebelumnya sudah terjadi dimana-mana termasuk di Negara maju. Dan itu *kejadian yg sangat jarang termasuk di sistem Jawa Bali.* Interkoneksi membuat sistem jadi kuat, namun komponen sistem buatan manusia, sehingga tidak ada Reliability yang 100%. Un-reiability yang walau hanya 0.0000 sekian persen itu bisa menjadi penyebab [Murphis Law].
Di Sistem Jawa Bali saya catat pernah terjadi blackout sbb: 13 April 1997, 18 Agt 2005, 18 Maret 2009 Dan sekarang pada 4 Agt 2019.
Jadi kira2 kejadiannya “periode” Sekali dalam 5-10 tahunan. Umumnya gangguan di awali oleh gangguan dari luar, hubungan ketanah atau lainnya. Kalau proteksi tak bekerja sempurna gangguan bisa meluas. Gangguan kadang juga terkait kelemahan pada komponen sistem spt *kekurangan infrastruktur [N-1]* ataupun terkait setting proteksi san kontrol dll.
Kriteria sekuriti sistem PLN seperti dimuat dlm RUPTL adalah N-1 artinya sistem didisain untuk tetap aman jika 1 komponen sistem trip, [tanpa load curtailment]. Di sistem Jawa Bali tidak semua N- 1 terpenuhi khususnya pada transmisi. Komposisi pembangkit dan beban bisa bervariasi, bisa ada saat-saat dimana ktiteria N-1 tersebut tak terpenuhi.
Sistem Jawa Bali itu besar sekali dengan sekitar 500 gardu Induk dan 200 an unit pembangkit serta ribuah kms transmisi. Dengan interkoneksi sesungguhnya sistem jadi sangat kuat, shg jarang seksli terjadi gangguan pasokan yg disebabkan oleh pembangkit dan transmisi. Namun jika terjadi blackout akan membutuhkan waktu lama untuk pemulihan karena besar dan kompleksnya. Prinsip operasi mencegah gangguan pasokan dan mengamankan sistem terhadap kemungkinan blackout. Tentu ini sudah dilakukan oleh Utulity seperti PLN.
Negara maju seperti USA juga mengalami blackout. New York mengalami beberapa kali blackout yaitu: 13 Juli 1977, 14 Agt 2003 dan bulan lalu 14 Juli 2019. Jadi rata2 15-20 tahunan. Blackout New York tahun 2003 nemerlukan waktu lebih 2 hari utk pulih sepenuhnya. Dan blackout 13 Juli 2019 lalu juga baru pulih setelah 2 hari. California juga pernah mengalami blackout tahun 1996, 2011, 2018 dan 2019.
Untuk mengetahui akar penyebab blackout lazimnya harus dilakukan investigasi yg melibatkan para ahli dari luar utility, seperti halnya crash investigation. Semua data recorders dan data peralatan dikumpulkan dan dianalisa oleh Tim penyeludik yg dibentuk. Kemudian dibahas kemunkinan2 penyebab lalu disimpulkan penyebabnya, misal kelemahan peralatan, defects pada komponen, kelemahan sistem proteksi atau settingnya atau bisa juga faktor SDM/ human error.
Dalam konferensi CIGRE [Dewan Internasional Sistem Listrik Besar = Conseil International des Grands Reseaux Electriques] yg diselenggarakan tiap tahun genap, di Paris, selalu ada Sesi Plenary khusus mempresentasikan kejadian Blackout /Large Disturbances yang terjadi di suatu negara.
Blackout itu sebuah musibah bagi utility, dan sudan menjadi SOP untuk mencegahnya supaya tidak terjadi. Musibah blackout itu layaknya kecelakaan pesawat atau kematian. Pada saat terjadinya Black-out lebih bijak jika memberi *“empati”* bukan *mengumpat.*
Sehubungan dengan penjelasan saya ini baiknya kita dapat menerima blackout ini sebagai musibah dan bersabar menunggu hasil penyelidikan. Jangan terlalu reaktif dengan analisa2 dan solusi2 yg spekulatif tanpa mengetahui rincian kejadian dan akar masalah/penyebabnya.
Terakhir,? yg sangat menarik ketika terjadi Blackout di California pada tahun 2011 , Gubernurnya berkomentar: *”even new cars can get breakdown”* [mobil baru saja bisa mogok]
(*)