Demisioner Ketua BEM UMMUBA-Peran Mahasiswa sebagai Kontrol Sosial di Tengah Maraknya Money Politic yang Menyumbang Adanya Budaya Korupsi

*Rachmad Aldi, – Pilkada sebentar lagi akan diselenggarakan tinggal menghitung bulan, iming-iming kandidat peserta kontestasi politik pilkada sudah mulai bermunculan. Peran mahasiswa dalam kontestasi Politik Pilkada tahun ini sangat diperlukan, selain menjadi kontrol sosial juga agen perubahan yang kontribusinya bisa menjadi bagian kemajuan Daerah dan Negara. Sebagai individu intelektual, mahasiswa kabupaten bungo juga dituntut cerdas dalam menentukan pilihannya.

Panjangnya tahapan pemilu membuat banyak pihak juga harus ikut ambil peran, salah satunya mahasiswa yang bisa turut mengawasi setiap tahapannya. Dalam menetapkan pilihan, mahasiswa dinilainya juga harus bisa cerdas, menganalisis sendiri kualitas dan kapasitas kandidat dan tidak percaya begitu saja kata orang isu-isu yang belum tahu kenarannya. “Cari sendiri siapa yang memang pantas dan layak jadi seorang pemimpin,” Ujar Rachmad Aldi.

Sepatutnya diikuti dengan perasaan senang dan gembira. Tanpa ada tekanan atau iming-iming tertentu. Salah satunya politik uang yang selalu menjadi persoalan di tiap proses kontestasi politik. “Money politic memang rawan. Sebagai pemilih, mahasiswa Kabupaten Bungo harus cerdas,” serunya.

Menurut dia, bukan menjadi hal baru jika banyak calon eksekutif atau legislatif yang mengeluarkan modal banyak untuk mendapatkan suara. Hal itu menjadi muasal terjadinya korupsi. Sebab, begitu mereka berhasil menduduki jabatan, kata dia, rasa tanggung jawab untuk menjadi penyerap aspirasi tidak ada, dan lupa janji kampanyenya. Sebab, mereka menganggap sudah membeli suara rakyat sebelumnya.

Mahasiswa harus bisa berpikir logis untuk menimbang-nimbang jika ada kandidat yang melakukan money politic. Menetapkan pilihan bukan berdasarkan kandidat tersebut kaya atau tidak. “Kesadaran tersebut juga seharusnya ditularkan kepada teman sebaya dan masyarakat luas dengan cara yang baik. Jadi, mahasiswa harus menjadi pemilih cerdas dan kritis,” imbuhnya.

Mahasiswa juga tidak seharusnya bersikap apolitis dan apatis. Sama sekali tidak peduli terhadap urusan politik. Sebab, hal itu dinilainya berpotensi membiarkan politik dan pemerintahan akhirnya diisi oleh orang-orang yang tidak baik.

Memahami dan membedakan antara isu-isu SARA maupun hoax bisa mencegah adanya perpecahan. Sebab, isu yang kerap diembuskan menjelang Pilkada tersebut dampaknya berkepanjangan hingga Pilkada selesai sekalipun. Membelah persatuan, luka sosial, hingga menimbulkan kebencian pada kelompok tertentu oleh karena itu di sini mahasiswa juga harus bisa mengambil peran untuk menjaga kestabilan sosial masyarakat Kabupaten Bungo terkhusunya. Ujar Rachmad Aldi.

****